Jumat, 16 Oktober 2009

Karih


Senjata tradisional Sumatra Barat adalah Keris. Keris biasanya dipakai oleh kaum laki-laki dan diletakkan di sebelah depan, saat sekarang hanya dipakai bagi mempelai pria sebagai pelengkap pakaian adat pria. Bentuknya seperti keris tapi tidak berlekuk.. Berbagai jenis tombak, pedang panjang, sumpit juga dipakai oleh raja-raja Minangkabau dalam menjaga diri mereka.

contoh: Karih Lenggo Geni


Selasa, 13 Oktober 2009

Senin, 12 Oktober 2009

Cinderamata Sulaman Kapalo Samek Nan Memikat


Meskipun perkembangan zaman dan fashion terus bergulir, karya seni Sumbar tetap tak ada matinya. Sebut saja karya seni tenunan silungkang, bordir, serta sulaman khas berbagai daerah, yang siap menjadi sumber inspirasi fashion masa kini.

Berangkat dari karya seni Minangkabau itulah designer kondang Sumbar Fomalhaut Zamel mencoba meretas mahakarya busana, dengan memadukan salah satu sulaman khas Pariaman, yaitu sulaman kapalo samek dan benang emas Nareh, bekerjasama dengan Ibu Wali Kota Pariaman Reni Mukhlis.

“Melihat hasil sulaman pengrajin sulaman Kota Pariaman sungguh memukau, saya jadi tertarik untuk padukan dengan koleksi busana terbaru saya kebaya dipadukan dengan gaya kimono khas China,” jelas Fomal.

Di atas bahan dasar satin sutera, Fomal yang didukung penuh oleh Reni Mukhlis ini bekerjasama dengan pengrajin sulaman kapalo samek dan benang emas Nareh Kota Pariaman, sehingga sulaman yang dihasilkan pada busana lebih kental dan nuansa khas Kota Pariaman jadi lebih lekat.
”Apalagi melihat semangat Buk Reni yang luar biasa, saya jadi lebih semangat juga menyelesaikan busana ini,” katanya yang mengambil warna hitam, agar sulaman lebih menonjol.

”Warna busana juga bisa disesuaikan dengan keinginan, tapi sebaiknya ambil warna-warna lembut. Jenis busana juga tak usah terpaku pada kebaya, apapun busananya tetap indah,” ulasnya.

Untuk busana pria, Fomal juga mencoba memadukan hasil sulaman pengrajin sulaman kapalo samek Kota Pariaman. Inspirasinya muncul ketika Fomal melihat busana silat tradisional Minangkabau.

Fomal juga mengaku sangat bangga dan berterima kasih kepada Vita Gamawan yang memberi apresiasi positif terhadap karya seni Minangkabau.

Kamis, 08 Oktober 2009

Ayam den Lapeh

Lagu Ayam den Lapeh adalah salah satu lagu khas yang berasal dari minangkabau,,maksud lagu kalau tak salah… kesedihan seseorang yang ditinggalkan kekasih. lagu ni menggunakan kiasan. ayam den lapeh = kekasih dah ditinggalkan ...

Lirik lagu Ayam den Lapeh

Luruihlah jalan Payakumbuah
Babelok jalan Kayu Jati
Dima ati indak karusuah
Ayam den lapeh ai ai… ayam den lapeh

Mandaki jalan Pandaisikek
Basimpang jalan ka Biaro
Di ma ati indak kamaupek
Awak takicuah ai ai… ayam den lapeh

Sikucapang sikucapeh
Saikua tabang saikua lapeh
Tabanglah juo nan karimbo
Oilah malang juo

Pagaruyuang Batusangka
Tampek bajalan urang baso
Duduak tamanuang tiok sabanta
Oi takana juo ai ai… ayam den lapeh

Den sangko lamang nasi tuai
Kironyo tatumpah kuah gulai
Awak ka pasa alah usai
Oi lah malang denai

O hoi … ayam den lapeh

Bahasa Minangkabau

Bahasa Minangkabau atau Baso Minang adalah salah satu anak cabang bahasa Austronesia yang dituturkan khususnya di wilayah Sumatra Barat, bagian barat propinsi Riau serta tersebar di berbagai kota di seluruh Indonesia.

Terdapat pertentangan mengenai hubungan bahasa Minangkabau dengan bahasa Melayu. Sebagian pakar bahasa menganggap bahasa ini sebagai dialek Melayu, karena banyaknya kesamaan kosakata dan bentuk tuturan di dalamnya, sementara yang lain justru beranggapan bahasa ini merupakan bahasa mandiri yang berbeda dengan Melayu.

Secara historis, daerah sebar tutur Bahasa Minangkabau meliputi bekas wilayah kekuasaan Kerajaan Pagaruyung yang berpusat di Batusangkar, Sumatra Barat. Batas-batasnya biasa dinyatakan dalam ungkapan Minang berikut ini:

Dari Sikilang Aia Bangih
hingga Taratak Aia Hitam.
Dari Durian Ditakuak Rajo
hingga Sialang Balantak Basi.

Sikilang Aia Bangih adalah batas utara, sekarang di daerah Pasaman Barat, berbatasan dengan Natal, Sumatera Utara. Taratak Aia Hitam adalah daerah Bengkulu. Durian Ditakuak RajoKabupaten Bungo, Jambi. Yang terakhir, Sialang Balantak Basi adalah wilayah di Rantau Barangin, Kabupaten Kampar, Riau sekarang. adalah wilayah di

Bahasa Minangkabau juga menjadi bahasa lingua franca di kawasan pantai barat Sumatra Utara, bahkan menjangkau jauh hingga pesisir barat Aceh. Di Aceh, penutur bahasa ini disebut sebagai Aneuk Jamee. Selain itu, bahasa Minangkabau juga dituturkan oleh masyarakat Negeri Sembilan, Malaysia yang nenek moyangnya merupakan pendatang asal ranah Minang sejak berabad-abad silam.

Contoh

Bahasa Minangkabau: Sadang kayu di rimbo tak samo tinggi, kok kunun manusia (peribahasa)
Bahasa Indonesia: Sedangkan pohon di hutan tidak sama tinggi, apa lagi manusia

Bahasa Minangkabau: Co a koncek baranang co itu inyo (peribahasa)
Bahasa Indonesia: Bagaimana katak berenang, seperti itulah dia.

Bahasa Minangkabau: Indak buliah mambuang sarok di siko!
Bahasa Indonesia: Tidak boleh membuang sampah di sini!

Bahasa Minangkabau: Bungo indak satangkai, kumbang indak sa ikua (peribahasa)
Bahasa Indonesia: Bunga tidak setangkai, kumbang tidak seekor

Bahasa Minangkabau: A tu nan ka karajo ang* ?
Bahasa Indonesia: Apa yang akan kamu kerjakan?

* perhatian: kata ang (kamu) adalah kata kasar

Pakaian Penghulu di Minangkabau


Seperti disebutkan M.Rajid Manggis Datuk Rajo Pangulu dalam bukunya Pakaian Penghulu di Minangkabau, pakaian penghulu secara adat mempunyai arti dan makna yang sangat dalam sekali. Pada setiap unsur pakaian yang dipakai seorang penghulu, itu membayangkan pemikiran, pendirian, perbuatan dan tanggung jawab dari penghulu itu sendiri.Di antra pakaian penghulu tersebut adalah: saluak (saluk yang dipasangkan dikepala penggnti peci) , baju, sarawa (celana), si sampiang (pakaian yang melilit pinggang), cawek (ikat pinggang), sandang ( kain yang melingkar dari bahu kanan ke pinggang bahagian kiri) , karih (keris) dan tungkek (tongkat).Makna dari pakaian panguluSaluakPenghulu sejak dahulu telah memakai deta-saluak-saluak. Deta (destar) dari bahasa Persia, artinya ikat kepala. . Saluak bahasa Minang artinya saling terikat. Jadinya pakaian di kepala yang terbuat dari kain yang saling berikat (berseluk beluk). Bagian atas dipiuh kiri-kanan. Ini melambangkan dua kelarasan (Lareh Koto Piliang dan Lareh Bodi Caniago). Kerutnya bertingkat-tingkat, berarti janjang naiak tanggo turun (berjenjang naik bertangga turun ; perinsip adat Minangkabau yang lazim dalam Laras Koto Piliang). Dapat juga diartikan banyak undang-undang yang harus dipahami oleh seorang penghulu. Apabila destar itu dikembangkan, maka kerutnya akan lebar. Demikian pulalah hendaknya luas pengetahuan penghulu, sehingga sanggup melaksanakan tugasnya, menyelamatkan anak kemenakan, serta korong kampung dan sebagainya. Baju Baju penghulu itu hitam warnanya. Hal ini mengibaratkan, seorang penghulu itu harus tabah dan tahan hati dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Sehingga apa yang dimaksud akan tercapai dengan sebaik-baiknya.Lengan baju itu lebar. Ini berguna bagi penghulu sehingga dia bebas menggerakkan tangannya. Artinya, seorang penghulu wajib mengipas yang panas agar menjadi dingin, sehingga tidak sampai hangus. Jika terjadi sengketa, peselisihan antara anak-kemenakan cepat diselesaikannya. Sehingga tidak berdampak buruk lebih jauh. Siba Batanti “Siba” adalah sambungan badan dengan lengan. Sambungan keduanya itu diles dengan benang makau. Artinya seorang penghulu bisa mengulas tidak kelihatan dan membuhul tidak membuku. Lilitan benang makau yang merupakan strip, menunjukkan tanda kebesaran penghulu itu sendiri dalam memegang peraturan. Sehingga seluruh aturan yang ada dia taati sebagaimana mestinya.Leher bajunya berbelah ke bawah hampir ke dada dan tidak pakai buah. Ini diartikan sebagai bayangan kesabaran. Seorang penghulu hendaklah berhati sabar, sebab sabar itu merupakan martabat bagi penghulu. Walaupun demikian sabar itu tentu ada batas-batasnya seperti pepatah“ Tangangnyo bajelo-jeloKanduanyo badantiang-dantiang Hati lapang pikiran saiyCukuik sarat kato barundiang”Artinya seorang penghulu tidak kaku alam berpendirian, akan tetapi tetap memegang perinsip dangan kokoh.Sarawa (celana) :Celana Penghulu itu hitam dan kakinya lebar. Ini merupakan kebesarannya dalam menjalani peristiwa buruk dan baik dalam mengurus keperluan anak kemenakan serta korong kampung, walaupun bukan di dalam wilayahnya. Sisampiang:Kain “sampiang sabidang”, biasanya dari sutera warna merah dan ada juga yang hitam. Kain sampiang itu bertaburkan benang makau serta beragi pucuk rebung dan dipasang di pinggang hingga dalamnya di atas lutut. Warnanya yang merah menyatakan keberanian. Tabur dan ragi kecil dari benang makau membayangkan ilmu dan keberanian, Artinya keberanian hendaknya dipergunakan dalam mengurus masyarakat luas. Kain yang baik dan indah itu menunjukkan hatinya kaya. Dan senteng (sayup) kain itu hingga lutut, menyatakan hatinya miskin di atas yang benar. Artinya miskin : jika kehendak dan permintaan anak-kemenakan bertentangan dengan adat atau agama, maka dengan cara halus dapat dihalanginya dengan tidak merusak atau mengecilkan hati dan hubungan baik antara yang bersangkutan. Cawek (ikat pinggang) :Ikat pinggang penghulu dalam pakaian adat, terbuat dari kain dan ada juga dari benang atau sutera. Pada bagian ujungnya ada jumbai dengan ukiran “pucuak rabuang”. Panjang ikat pinggang itu kira-kira satu hasta. Sebutan adatnya ikek pinggang panjang tujuah.Ikat pinggang itu memberi arti, penghulu secara halus dapat menyadarkan anak kemanakan supaya yang tidak patuh bisa menjadi patuh. Sehingga masyarakat jadi rukun dan damai.Sandang :Pada bahu penghulu dipakaikan sandang, yaitu sehelai kain persegi. Kain ini mengisyaratkan, bahwa penghulu itu siap menerima anak-kemenakan yang telah kembali dari keingkaran dan tunduk kepada kebenaran menurut adat.Pada ujung kain sandang itu, dibuhulkan seikat anak kunci rantai dan alat-alat kecil yang merupakan berbagai perkakas berantai. Rantai segenggam namanya dalam sebutan sehari-hari. Artinya, seorang penghulu harus mempunyai berbagai persiapan, untuk mengatur anak kemenakan sendiri, ataupun masyarakat korong-kampung, koto dan nagari. Senjata :Senjata penghulu adalah keris. Keris itu adalah senjata kebesaran bagi penghulu. Keris kebesaran itu mengandung arti yang dalam. Pemakainya pada upacara tertentu disertai kelengkapan pakaian penghulu. Hulunya condong ke kiri, supaya tidak mudah menyentakkannya keluar. Artinya, bila penghulu ingin juga menyentakkan keris keluar sarung, mesti diputar lebih dahulu ke kanan. Di sini tersirat makna, ada ruang untuk berfikir bagi penghulu dalam mengendalikan emosi dan rasa amarahnya. Gambo, tumpuan punting, yaitu di bawah punting ada palang, sudah itu baru punting dan batu hulu. Semua itu mengisyaratkan agar penghulu menjadi tumpuan bagi anak kemenakan. Hulunya kayu kamat, maksudnya segala sesuatu pekerjaan disesuaikan dengan adat, sebab kewibawaan penghulu tercermin dari perbuatannya sendiri.Keris itu bengkok. Ada yang bengkoknya dua setengah patah dan ada pula yang yang lebih. Bengkok itu bermakna, menarik orang yang salah yang tetap mempertahankan kebenarannya. Orang tersebut tidak dapat menerima kebenaran secara lurus-lurus saja, setelah dituruti pendapatnya, kemudian diberikan pelajaran baik, sampai akhirnya dia sadar dan sedia menerima kebenaran tidak dengan paksaan, melainkan dengan keinsafan sendiri. Inilah yang disebut menurut ilmu adat “kato bahelo” perkataan yang dapat menarik hati orang lain.Mata keris itu timbal balik. Artinya kebesarannya diakui oleh anak kemenakan dan isi nagari. Mata keris itu sangat tajam. Jika di hembuskan rambut akan putus.. Tajamnya itu tidak pernah melukai, artinya penghulu itu tidak turut-turutan kepada pendapat orang lain, karena ia percaya pada dirinya sendiri. Falsafah keris itu ialah ilmu, paham dan keyakinan yang bulat untuk memelihara dan menjalankan kewajiban yang bulat seorang penghulu. Lebih-lebih untuk dirinya sendiri sesuai dengan bunyi pepatah :“ Karih sampono ganjo erahLahia-batin pamaliharo diri.Patah lidah tampek kala Patah karih tampek mati”Keris sampono gonjo erahLahir batin pemelihara diriPatah lidah tempat kalahPatah keris tempat matiPamenan:Pamenan penghulu adalah tongkat yang terbuat dari kayu kamat, ujungnya pakai tanduk berkepala perak. Jika penghulu memakai pakaian adat, maka tangannya memegang tongkat. Hal ini menunjukkan, bahwa penghulu itu orang yang dituakan dalam sebuah payung dan diakui oleh nagari. Penghulu berkewajiban mempertahankan adat dan lembaga kepenghuluanya. Kewajibannya itu dijunjung tinggi oleh anak kemenakan dan isi nagari.

Tenun Songket Pandai Sikek (Sumatera Barat - Indonesia)




Pandai Sikek adalah sebuah daerah yang berada di Kabupaten Tanah Datar, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Di daerah ini ada sebuah kerajinan tenun yang disebut “Tenun Songket Pandai Sikek”. Produk kerajinan tenun songket Pandai Sikek tidak hanya terbatas pada berbagai macam pakaian seperti baju kurung dan destar, tetapi juga berbagai kelengkapan upacara adat dan perkawinan, seperti: kodek songket, saruang balapak, saruang batabua, selendang songket atau selendang batabua tingkuluak tanduak (tutup kepala wanita), dan sesamping (perlengkapan penghulu). Songket bagi masyarakat Minangkabau merupakan jenis pakaian yang tinggi nilainya (sangat dihargai). Oleh karena itu, pemakaiannya terbatas pada peristiwa-peristiwa atau kegiatan-kegiatan tertentu, seperti: perkawinan, batagak gala (penobatan penghulu), dan penyambutan tamu-tamu penting.

Berdasarkan tujuannya, pembuatan tenun songket dapat dibedakan menjadi dua, yaitu untuk keperluan sendiri dan untuk diperdagangkan. Jika pembuatannya hanya untuk keperluan sendiri dan atau sanak-saudara (kerabat), maka biasanya dilakukan setelah pulang dari sawah atau setelah pekerjaan rumah tangga selesai. Akan tetapi, jika untuk diperdagangkan, maka pembuatannya dilakukan dari pagi hingga sore hari oleh tenaga kerja yang umumnya adalah kaum perempuan. Diantara para pekerja itu ada yang sebelumnya magang (belajar) kemudian, setelah menguasai, menjadi tenaga kerja di tempat yang bersangkutan. Tetapi pada umumnya adalah orang-orang yang telah menguasai teknik pembuatan songket. Penguasaan atau kepandaian itu umumnya diperoleh dari orang tuanya. Sebagai catatan, pekerja dan pengusaha tenun songket Pandai Sikek adalah kaum perempuan karena kaum lelaki menganggap bahwa kegiatan itu lebih cocok dilakukan oleh kaum perempuan. Jadi, jika ada lelaki yang terlibat, maka hanya sekedar membantu saja. Hal-hal yang bersifat pokok tetap dilakukan oleh kaum perempuan.